Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari
yang amat disakralkan dan hanya digelar dalam setahun sekali. Konon di
dalamnya sang Ratu Kidul ikut menari sebagai tanda penghormatan kepada
raja-raja penerus dinasti Mataram.
Asal mulanya tari Bedhaya Ketawang hanya
diperagakan oleh tujuh wanita saja. Dalam perkembangan selanjutnya,
karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari
yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang.
Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya
Ketawang ini semula khusus diperagakan oleh abdi dalem Bedhaya Keraton
Surakarta Hadiningrat. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus)
dibanding dengan tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya
tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan)
Dikatakan tari Bedhaya karena tari ini
menyesuaikan dengan gendingnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng
(Karya Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom (karya PB
IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong (karya PB IV),
Duradasih (karya PB V), dan lainnya.
Siapa sebenarnya pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang memang masih simpang siur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar