1. Masjid Al-Wustho Mangkunegaran
Pembangunan Masjid Al Wustho merupakan
perwujudan dari fungsi Pura Mangkunegaran sebagaipanotogomo, yaitu pemerintahan yang tidak hanya
berfungsi secara politik, melainkan juga berfungsi melaksanakan syiar agama.
Sebelumnya, Masjid Mangkunegaran terletak di wilayah Kauman, Pasar Legi. Karena
dirasa jauh dari istana, maka masjid tersebut dipindah oleh KGPAA Mangkunegara
II ke dekat istana Pura Mangkunegaran.
2. Masjid Agung Solo
Masjid Agung di bangun Sunan
Paku Buwono 111 tahun 1763 sampai bangunan Masjid selesai sekitar tahun1768.
Masjid Agung Solo saat itu merupakan masjid dengan kategori Masjid Jami.
3. Masjid Laweyan Solo
Masjid ini berdiri di era Pajang tahun 1546 M. Dulunya studio Ki Betuk, seorang Hindu Jawa yang kemudian beralih menjadi penganut Islam. Arsitektur masjid ini sangat kental akan unsur tradisional Jawa, Eropa (Indisch), Cina, dan Islam. Di dekatnya terdapat makam raja-raja dan kerabat Kasunanan, antara lain makam Ki Ageng Henis yang merupakan cikal bakal raja Mataram.
Masjid ini berdiri di era Pajang tahun 1546 M. Dulunya studio Ki Betuk, seorang Hindu Jawa yang kemudian beralih menjadi penganut Islam. Arsitektur masjid ini sangat kental akan unsur tradisional Jawa, Eropa (Indisch), Cina, dan Islam. Di dekatnya terdapat makam raja-raja dan kerabat Kasunanan, antara lain makam Ki Ageng Henis yang merupakan cikal bakal raja Mataram.
4. Gereja Kristen Jawa Margoyudan Solo
Gereja Kristen Jawa tertua di Solo yang dirancang oleh
arsitek Belanda ini diawali dari persekutuan yang dipimpin oleh Dr. JG.
Scheurer, seorang dokter utusan Misi Zending. Pada 13 April 1916 diadakan
pemilihan anggota majelis yang pertama. Maka pada hari Minggu 30 April 1916
majelis resmi terbentuk dan gereja resmi berdiri. Rancangan gereja ini kental
dengan sentuhan Belanda. Sampai sekarang bentuk aslinya masih terjaga.
5. Gereja
Katholik St. Petrus
Lokasi gereja Katholik ini strategis di Jalan Slamet
Riyadi, dekat dengan pusat kota. Gereja ini dibangun di masa penjajahan oleh
seorang pastur Belanda, sehingga arsitekturnya sangat kental dengan pengaruh
Hindia Belanda.
7. Klenteng Tri Dharma Avalokitesvara
Klenteng yang tepat di
seberang Pasar Gede ini sudah berdiri sejak tahun 1746 M, sudah ada sebelum
Pasar Gede didirikan. Sebenarnya klenteng ini mempunyai beberapa bagian yang
hilang karena sempat tak diketahui sejarahnya dan termakan bangunan
sekitarnya. Suasana klenteng ini nyaman dan tenteram. Jika Anda penikmat
arsitektur kuno, bentuk bangunan yang indah dengan warnanya yang cukup
mencolok ini menarik untuk dikunjungi.
|
Sumber : http://zahrawati.blogspot.com/2012/07/tugas-kepariwisataan-individu-semester.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar