SoLo
1. Kampung Kauman Batik
Kampoeng Kauman merupakan kampung kuno
tempat pejabat agama Islam (dari yang berpangkat bupati sampai ke bawah Kaum)
maka dinamakan Kauman. Kampung Kauman dikelilingi oleh Jl.
Rajiman (Coyudan) bagian selatan dahulu pernah tinggal abdi dalem keraton
yang bernama Ngabehi Secayuda, Jl Nonongan sebelah selatan ada yang bernama
daerah Gerjen (dahulu tempat para penjahit dan desain baju kraton). Bagian
utara Jl. Slamet Riyadi sebagai jalan strategis kerajaan dan residen Belanda.
Disamping itu dikelilingi tempat-tempat yang bersejarah seperti Gladak, Beteng,
Slompretan (sekarang Pasar Klewer).
2. Kampung Batik Laweyan
Kampung Batik Laweyan merupakan kawasan
sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M
dan mencapai kejayaan pada era 1970an. Karya seni tradisional batik terus
ditekuni masyarakat Laweyan sampai sekarang. Suasana kegiatan membatik di
Laweyan tempo dulu banyak didominasi oleh keberadaan para juragan batik sebagai
pemilik usaha batik. Jika kita berkunjung kesana, kita dapat melihat sendiri
proses pembuatan batik, tentunya ini pengalaman yang tidak akan kita dapatkan
di toko atau butik di tempat lain.
3. Museum Batik
Danar Hadi
Museum Batik
Danar Hadi berisi Batik Kuno yang merupakan koleksi pribadi yang berjumlah
10.000 potong. Batik sebanyak itu dikumpulkan dalam kurun 30 tahun lebih.
Sebanyak 1.500 potong di antaranya diperoleh dari koleksi pribadi seorang
kurator Museum Troupen, Belanda. Tahun pembuatan batik beragam, antara
1840-1910. Dari, 10.000 potong batik, tak semuanya dipajang di museum itu,
hanya 700 lembar yang dipajang.
4. Taman Sriwedari
Taman Sriwedari adalah sebuah kompleks taman di Kecamatan Lawiyan, Kota Surakarta. Sejak era Pakubuwana X, Taman Sriwedari menjadi tempat
diselenggarakannya tradisi hiburan Malam
Selikuran. Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON I pada tahun 1948. Saat ini kepemilikan Taman Sriwedari menjadi sengketa antara
Pemerintah Kota Surakarta dengan ahli waris keluarga KRMH Wirjodiningrat.
5. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang
terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan
wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan
karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya
bayangannya saja,
6. Wayang Beber
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang
di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa
lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita
wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
7. Pasar Klewer
Pasar Klewer Solo adalah pusat pasar
batik di Indonesia. Meskipun pasarnya tidak begitu besar dan berada di
tengah-tengah pulau Jawa, pasar ini tetap ramai. Batik dari pasar ini dikirim
ke seluruh pelosok Indonesia, bahkah sebagian juga ada yang dieksport ke luar
negeri. Batik-batik di Yogyakarta sebagian didatangkan dari Pasar Klewer ini.
9. Pasar
Legi
Pasar Legi
merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta, yang mendapatkan
pasokan dagangan dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar surakarta
maupun dari luar daerah seperti Brebes, Temanggung, Tasikmalaya, Sidoarjo,
Malang dan lain sebagainya. Kegiatan pasar ini dimulai dari dini hari sampai
malam hari.
10. Pasar Gede
Pasar gede, adalah alternative lain tempat wisata yang
dapat dikunjungi. Terkenal akan kerajinan peraknya yang sangat indah dan sudah menjadi
target para wisatawan mancanegara sejak tahun 1970an. Berlokasi sekitar 10 KM
dari arah kota Yogyakarta, Kota Gede tidak saja menawarkan keindahan berbelanja
kerajinan perak saja, akan tetapi juga menawarkan kursus ketrampilan cara
membuat perak bagi para wisatawan asing maupun domestik. Hal ini menjadi daya
tarik tersendiri, karena wisatawan dapat membawa pulang hasil kerajinan perak
buatan tangan sendiri dengan desain rancangan sesuka hati.
. 11. City Walk
Solo City Walk adalah sebuah proyek yang dilandasi
pemikiran untuk mengangkat potensi Solo dengan slogan ?Solo past as Solo
future?. Proyek ini bertujuan untuk mengembalikan ruang publik yang pernah ada
dalam aktivitas masyarakat Solo di masa lampau. Nilai-nilai adiluhung kota Solo
tidak serta merta dapat dimasukkan dalam City Walk yang ada karena kondisi
sosial-kultural masyarakat masa kini yang beraneka ragam juga harus
diperhatikan. Hal ini penting agar kehadiran City Walk yang ingin menonjolkan
sisi romantisme Solo di masa lampau bisa menyatu dengan kebijakan pengembangan
lain yang dilakukan Pemda maupun pihak swasta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar